TIPS: Peran Orangtua Dukung Keberhasilan Belajar Anak

Orangtua juga memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan studi sang anak. Tak bisa hanya menuntut anak berprestasi, tanpa memberikan dukungan yang bisa memotivasi anak, terutama saat belajar. Apa saja yang bisa dilakukan orangtua?
1. Kunjungi sekolah dan berinteraksilah dengan gurunya untuk mengetahui perkembangan studi anak.
2. Selalu berbicara secara terbuka dengan anak, jangan membuat jarak. Buatlah mereka merasa nyaman untuk berbagi masalah dengan Anda. Jangan terlalu menyalahkan anak jika mereka memiliki kekurangan dalam studi atau tidak memenuhi harapan Anda. Lebih baik membangun kepercayaan dirinya.
Continue reading

Eva Celia: Homeschooling Dulu, AS Kemudian


Homeschooling yang dijalani oleh Eva Celia (15) memudahkan ia dalam berkarier di bisnis hiburan. Menurutnya, cara menuntut ilmu dengan belajar di rumah, bukan di sekolah, itu juga tak jauh berbeda dengan sebagian besar dari sistem pendidikan di AS. Memang Eva mau hijrah ke negara itu?
Aku putri artis Sophia Latjuba (Sophie) dan pemusik Indra Lesmana ini, ia merasa nyaman dengan homeschooling, walaupun masih suka kangen kepada pertemanannya dulu di sekolah biasa sebelum mengikuti homeschooling.
Katanya, dalam sistem pendidikan tersebut tak ada ujian, sehingga ia bisa dengan leluasa menjalani kegiatan-kegiatan keartisannya, sebut saja syuting sinetron. Katanya lagi, homeschooling juga tak jauh berbeda dengan sebagian besar dari sistem pendidikan di AS.
Continue reading

Bersekolah Belajar di Rumah

Belajar di rumah lebih relaks dibandingkan dengan belajar di sekolah. Bagaimana hasilnya?
Hampir seratus tahun lampau Rabindranath Tagore, peraih Nobel Sastra tahun 1913, menyelorohkan ucapan bernada pahit itu. ‘’Sekolah adalah siksaan tak tertahankan.’’ Dan Tagore tak keliru. Di Indonesia, mungkin juga tempat lainnya, serapah Tagore telah mewujud sejak lama. Ketika siksaan seolah tak tertahankan, maka sekolah dan ‘penjara’ bagai dua entitas yang sulit dibedakan.
Tapi siapa bilang sekolah selamanya harus seperti ‘penjara’? Bagi Ratna Megawangi ‘penjara’ itu harus dirubuhkan. Tak tega melihat anaknya stres akibat banyaknya pekerjaan rumah, dan buntutnya jadi kehilangan semangat belajar, Ratna mengambil langkah berani.
Dikabulkannya keinginan si anak, yang saat itu kelas satu SMA, keluar dari sekolah. Lantas, Ratna pun membangun sendiri ‘sekolah’ di rumahnya yang asri. Didatangkannya guru privat jempolan.
Continue reading

Home Schooling Model Pendidikan Alternatif

Ditengah keraguan terhadap mutu pendidikan nasional, sekaligus mahalnya biaya sekolah berstandar internasional, kini banyak orangtua yang beralih menyekolahkan anak-anaknya di rumah melalui program yang dinamai homeschooling.
Program yang sebenarnya belajar jarak jauh ini materinya disediakan oleh sebuah institusi pendidikan pengelola yang juga akan bertugas menguji para peserta di akhir táhun ajaran yang telah ditentukan untuk kénaikan tingkat atau mendapatkan sertifikat.
Sebenarnya home schooling di Indonesia telah ada sejak dulu, hanya saja dulu namanya berbeda. Belajar jarak jauh semacam e-learning, atau pola pendidikan SMU atau Universitas Terbuka, bahkan Pendidikan Kejar (Kelompok Belajar) Paket A & B itu dapat digolongkan sebagai home schooling. Pada prinsipnya, home schooling ini merupakan pendidikan alternatif dengan menekankan pola kurikulum yang lebih fleksibel dalam pengajarannya.
Continue reading

Fenomena Pendidikan – Mereka Ramai-ramai ke Homeschooling

Homeschooling alias sekolah-rumah sudah mulai menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat dalam mendidik anak. Sejumlah tokoh, mulai dari dramawan kawakan seperti N Riantiarno sampai anggota DPR, mulai melirik model belajar tersebut untuk anak-anak mereka.
Seniman teater N Riantiarno tadinya sama sekali tidak mengenal apa itu homeschooling atau sekolah-rumah. Sampai kemudian salah satu putranya, Gagah Tridarma Prastya, makin merasa tak cocok dengan tempatnya bersekolah di sebuah SMA negeri di Jakarta.
“Anak saya sepertinya mengalami banyak masalah dalam belajar. Motivasinya agak berkurang sejak SMP. Padahal, waktu SD, Gagah terbilang pandai dan sangat menyukai pelajaran. Saya bukannya mengatakan sekolah formal buruk, tetapi sepertinya ada yang tidak bisa dipenuhi sekolah formal bagi anak saya,” kata Nano, sapaan akrabnya.
Continue reading

Homeschooling Semakin Meluas

Homeschooling atau sekolah rumah kini mulai muncul menjadi alternatif. Sudah berapa banyak jumlahnya dan bagaimana aturan perundangan mengakomodasinya? Berikut wawancara dengan Ella Yulaenawati, direktur Pendidikan Keseteraan Departemen Pendidikan Nasional:
Bagaimana perkembangan homeschooling di Indonesia?
Termasuk pesat. Sekarang homeschooling mulai diketahui lebih luas dan mencakup lebih banyak kalangan. Tapi sebenarnya homeschooling itu sudah lama ada di Indonesia. Saat kita tertekan pada zaman penjajahan, banyak orang terdidik mendidik sendiri anaknya. Misalnya KH Agus Salim, Buya Hamka, Ki Hajar Dewantara. Tapi dulu disebutnya otodidak, belajar mandiri. Karena homeschooling belum tersosialisasi dengan baik, tanggal 31 Januari ini Depdiknas akan bekerja sama dengan PGRI untuk menyosialisasikannya.
Saat ini sudah berapa banyak jumlah homeschooling?
Sekitar 10-20 persen dari seluruh pendidikan alternatif di Indonesia. Jumlahnya di seluruh Indonesia sekitar seribu sampai 1.500, karena beberapa pesantren dan padepokan pencaksilat pun bisa dikategorikan sebagai homeschooling. Misalnya Qoriyah Thoyyibah di Gunung Merbabu yang memenuhi syarat komunitas homeschooling. Kalau di Jakarta ada sekitar 600-an. Homeschooling tunggal sekitar 100, 500 lainnya homeschooling majemuk dan komunitas. Homeschooling tunggal tak banyak karena orang tua perlu kemampuan tinggi dalam hal pengetahuan, pendidikan, dan tanggung jawab. Apalagi, selain orang tua mengajar sendiri, kadang juga harus memanggil tutor. Biayanya besar.
Continue reading

Homeschooling, Alternatif Sistem Pendidikan

Ditengah keraguan terhadap mutu pendidikan nasional, sekaligus mahalnya biaya sekolah berstandar internasional, kini banyak orangtua yang beralih menyekolahkan anak-anaknya di rumah melalui program yang dinamai homeschooling.
Program yang sebenarnya belajar jarak jauh ini materinya disediakan oleh sebuah institusi pendidikan pengelola yang juga akan bertugas menguji para peserta di akhir táhun ajaran yang telah ditentukan untuk kénaikan tingkat atau mendapatkan sertifikat.
Sebenarnya home schooling di Indonesia telah ada sejak dulu, hanya saja dulu namanya berbeda. Belajar jarak jauh semacam e-learning, atau pola pendidikan SMU atau Universitas Terbuka, bahkan Pendidikan Kejar (Kelompok Belajar) Paket A & B itu dapat digolongkan sebagai home schooling. Pada prinsipnya, home schooling ini merupakan pendidikan alternatif dengan menekankan pola kurikulum yang lebih fleksibel dalam pengajarannya.
Hal ini karena awal pembentukan home schooling itu sendiri di Amerika Serikat (AS) merupakan wujud pengawasan preventif orangtua terhadap anak-anaknya karena lembaga sekolah di sana dinilai sudah tidak bisa lagi menjadi lembaga pembelajaran yang sehat. Misalnya – berdasarkan kasus yang sering terjadi- sekolah tidak jarang menjadi ajang perkelahian dan peredaran obat bius. Oleh karena itu para orangtua kemudian berkumpul untuk menyediakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Semula memang dikelola oleh orangtua sendiri, namun selanjutnya berkembang dengan mendatangkan pengajar ke rumah, layaknya model pendidikan anak-anak keluarga bangsawan zaman dulu.
Untuk menerapkan kurikuurn home schooling ini di Indonesia, seharusnya tidak perlu meniru pola pengajaran yang diterapkan di AS karena belum tentu cocok. Dengan difasilitasi pêmerintah, bila nantinya home schooling telah makin diminati di negeri ini, ada baiknya para orangtua membentuk komunitas mandiri yang khusus mengelola pendidikan alternatif ini dengan memasukkan muatan-muatan khusus, misalnya pendidikan untuk mengenal tanah air dan budayanya, pendidikan kesenian, kecintaan membaca, dan lain-lain.
Alasan lain orangtua menerapkan home schooling adalah keinginan untuk memberi kebebasan kepada anak-anak mereka tentang hal-hal yang ingin dipelajari lebih banyak sesuai bakat dan minat masing-masing.
” Biarkan anak-anak bereksplorasi dengan berbagai macam hal. Kelasnya bisa di dapur, halaman belakang, sawah dekat rumah, atau di mana saja, ” begitu ujar salah seorang orangtua yang telah mantap memutuskan untuk memilih home schooling.
Namun home schooling ini tentunya mengandung konsekuensi, yaitu orangtua harus benar-benar mendampingi anak dalam belajar dan bereksplorasi untuk menyerap ilmu.
Sumber: Kompas

Mendiknas: “Homeschooling” Itu Lebih Baik


Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan, ada beberapa metode untuk pembelajaran di luar sekolah formal. Pada kasus-kasus tertentu metode pembelajaran bisa juga dilakukan di luar sekolah baik itu dalam bentuk parenting, homeschooling maupun metode pembelajaran lainnya. Menurut Nuh, homeschooling adalah sebuah metode pembelajaran yang legal.
Selain itu, ia menilai, homeschooling diterapkan ketika anak-anak memerlukan perhatian khusus. Misalnya, karena menderita sakit dan harus dirawat ataupun ada masalah-masalah tertentu yang membuat anak-anak memang harus menjalani pendidikan secara homeschooling.
Hal-hal khusus itulah yang kemudian dianggapnya sebagai indiktor yang wajar terkait mahalnya biaya homeschooling.
Continue reading

Galery