Senin, 01 November 2010

Faktor Pemicu Gagalnya Rumah Tangga

“ Istri saya minta cerai saat mata baru saja terbuka di tempat tidur dan guling masih dalam dekapan. Dia duduk di samping tempat tidur dengan kondisi siap berangkat kerja. Padahal jarum jam belum lagi menunjukan angka tujuh pagi itu. Rasanya seperti petir di siang bolong ” . Begitu cerita Budi saat kami beretemu beberapa hari lalu. Budi berusia tiga puluh tiga tahun pegawai kantor kelurahan di wilayah Depok. Kamis kemarin adalah sidang pertama perceraiannya. Hanya dalam waktu dua bulan sejak sang istri menyampaikan niatnya . Perkawinan mereka sendiri bertahan tidak lebih dari tiga tahun. Sangat disayangkan memang. Tapi itu adalah pilihan yang tak terhindarkan. Cerita sahabat Budi tadi membuat saya coba merenungkan, faktor apakah yang menyebabkan terjadinya perceraian suatu rumah tangga. Padahal jalan menuju perkawian itu sendiri tidak mudah,membutuhakan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit.

Menurut pengamatan, setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadi penyebab gagalnya suatu perkawinan. Ketiga faktor ini adalah :

Faktor Kasur alias Sex. Mungkin untuk sebagian orang ini bukan penyebab utama. Tapi tetap harus diakaui bahwa masalah di tempat tidur membawa implikasi luas dalam kehidupan seseorang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa demokrasi itu di mulai dari kasur. Jadi faktor kasur merupakan kebutuhan biologis yang tak terhindarkan.

Faktor Dapur alias Ekonomi. Kesenjangan pendapatan antara suami istri dapat menjadi contoh kasus gagalnya perkawinan, seperti terjadi pada teman saya diatas. Ketidak mampuan pasangan mengatur keuangan rumah tangga, karena boros misalnya, dapat juga menjadi awal keretakan. Atau suami yang malas mencari nafkah, atau istri yang meminta sesuatu secara berlebihan. Masih banyak contoh lain yang dapat menunjukan betapa faktor ekonomi menjadi badai dalam rumah tangga. Perkawian tidak hanya berdasarkan cinta yang kuat semata, tapi kekuatan ekonomi juga diperlukan untuk menopang rumah tangga yang sudah dibangun.

Faktor Tutur alias komunikasi. Masalah komunikasi kelihatannya sepele, tanpa disadari itu adalah kekuatan utama perkawinan dan sekaligus kelemahannya. Pernahkah anda mendengar cerita tentang perselingkuhan antara dua orang dewasa yang berawal dari seringnya salah satu melakukan curahan hati alias curhat ? Kenapa mesti curhat ke orang lain, kalau pasangan kita mampu menjadi pendengar yang baik. Komunikasi bukan hanya cara berbicara, tapi juga menciptakan suasana harmonis melalui cara bertutur antar pasangan. Bagaimana sapaan lembut seorang suami terhadap istrinya atau panggilan sayang sang istri terhadap suamai dapat menjaga kehormatan masing-masing. Juga kemampuan suami istri dalam mengendalikan diri saat marah kepada pasangan. Menghindari penggunaan kata-kata yang kasar misalnya, supaya tidak melukai perasaan pasangan. Komunikasi juga berarti saling mendengar, bukan salah satu mendominasi pembicaraan. Berkomunikasi artinya mampu memberikan saran dan respon positip serta perhatian pada pembicaraan. Komunikasi juga berarti bicara dengan pasangan kita tentang hal-hal apa saja yang kita suka dan tidak suka dari pribadinya, seperti misalnya cara berbicaranya, cara berpakaian atau kebiasaan buruk lain. Komunikasi yang salah dapat menyimpan dendam dalam hati yang akan meledak pada saat yang tidak perkirakan.

Perkawinan akan abadi bila dibagun diatas dasar cinta kasih dengan komitmen kuat antar pasangan untuk tidak saling menyakiti dan tidak saling meninggalkan, apapun yang terjadi. Karena itu jagalah selalu Kasur anda, hidupkan selalu dapur anda dan bertuturlah dengan lembut kepada pasangan anda,


http://sosbud.kompasiana.com/2010/05/07/tiga-faktor-utama-penyebab-keretakan-rumah-tangga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar