Selasa, 26 Oktober 2010

SEKS MENYIMPANG Waspada, "Virus" Lesbian Mengancam Remaja Putri Jakarta

Di tengah pesatnya kemajuan pembangunan Kota Jakarta, ternyata perilaku seks menyimpang sudah menjadi rahasia umum. Fenomena kaum lesbian, homoseksual bahkan sampai heteroseksual dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Fenomena lesbian malah sudah terjadi sejak lama Memang, membandingkan fenomena lesbian yang terjadi dulu dengan yang sekarang, tentu sangat berbeda. Perkembangannya sekarang makin pesat dan cenderung tak terkendali. Bahkan, sudah menjadi gaya hidup sebagian masyarakat Ibu Kota. Karena itu, para orangtua harus mengawasi remaja putrinya sehingga dapat menghindari ancaman virus lesbian.

Misalnya, yang dikisahkan oleh salah seorang lesbian, sebut saja Bebi (bukan nama sebenarnya). Menurut dia, ribuan remaja perempuan di Jakarta sudah menjadi pelaku lesbianisme. "Rata-rata sih umurnya 17-18 tahun. Ada yang memang dari awal sudah belok, tapi kebanyakan dari mereka ketularan karena 'gaul'," ujar Bebi, sang buchi sebutan lain lesbi.

Ada beberapa istilah yang mereka gunakan dalam komunikasi di antara komunitas mereka sendiri, seperti buchi, sebutan untuk pasangan yang berperan sebagai pria. Gaya mereka juga cenderung berpenampilan seperti laki-laki, dengan potongan rambut bondol dan baju gombrong. Sedangkan femm, sebutan untuk pasangan yang berperan sebagai wanitanya, penampilan mereka layaknya perempuan normal pada umumnya, yakni feminim. Ada juga andro, di mana orang tersebut dapat berperan sebagai pria dan juga sebagai wanita.

Fenomena ini sungguh sudah tidak tersembunyi lagi. Tidak jarang beberapa di antaranya menunjukkan perilaku seks menyimpang mereka secara terang-terangan di masyarakat. Seperti yang dapat ditemui di salah satu restoran cepat saji di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, yang merupakan salah satu tempat berkumpulnya komunitas lesbian. Khususnya, pada setiap malam Minggu, dapat ditemui pasangan-pasangan lesbi yang berkunjung dan bersikap layaknya orang pacaran, bergandengan tangan, bermesraan, bahkan sesekali mencium pasangannya. Fenomena seperti itu seakan-akan sudah tidak menjadi tabu lagi bagi mereka.

"Kita sih cuek aja, yang penting kita ngerasa nyaman dengan pasangan masing-masing. Kalau ada yang ngerasa keganggu dengan adanya kita, ya gua nggak peduli. Justru menurut kita, keberadaan lienes (lesbi) itu jadi nambah warna-warni dunia. Kalau nggak ada kita, mungkin dunia terasa hambar banget ya, cuma ada cewek sama cowok, nggak variatif," kata Bebi.

Bebi merupakan salah satu di antara lesbi yang sudah merasakan keanehan pada dirinya sejak dia duduk di bangku kelas VI SD. Seiring bergulirnya waktu, dia terus menyadarinya dan mantap untuk bersikap seperti laki-laki dan menyukai sesama jenis. Sampai saat ini pun dia terus berikrar untuk tetap menjadi dirinya yang sekarang. "Gua termasuk pure buchi, maksudnya, gua ngerasain ini bener-bener dari diri gua sendiri, bukan karena pergaulan. Tapi, sekarang malah cewek-cewek nganggap lesbi nih gaya hidup. Katanya, basi aja rasanya kalau belum pernah ngerasain 'belok'," ucapnya.

Saat ditanya mengenai pendapat orang-orang di sekitarnya tentang perubahannya itu, dia justru menjawab dengan santai bahwa keluarganya sudah mengetahuinya. "Keluarga gua semua sudah tahu gua kayak gini. Ya, namanya orangtua, pasti kecewa. Siapa juga yang mau anaknya kayak begini.

Tapi, mau gimana lagi. Gua juga nggak minta dilahirin kayak gini, kok. Jadi, gua jalanin saja apa adanya. Malah, gua pernah lho pacaran sama sepupu gua sendiri," ujar Bebi lagi, yang saat ini sedang kuliah di semester II di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Fatwa MUI

Dalam ajaran agama apa pun, tentu hal itu tidak pernah dibenarkan. Tetapi, fenomena itu sudah telanjur terjadi dan mengalir begitu saja. Menurut Sekretaris Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan, MUI memang belum pernah mengeluarkan fatwa mengenai keberadaan lesbi. Tetapi yang jelas, dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi, hukumnya termasuk zina dan sudah pasti sangat dilarang.

"MUI belum pernah mengkaji tentang fatwa yang harus dikeluarkan mengenai hal ini. Tapi, kalau ternyata keberadaan komunitas ini makin pesat perkembangannya, tentu kami akan mengkajinya lebih lanjut," kata Amirsyah.

Setelah diteliti lebih lanjut, fenomena penyuka sesama jenis ini cenderung lebih sering terjadi di negara-negara berpaham demokrasi, yaitu negara yang berkiblat pada kebudayaan Barat, termasuk Indonesia. Jadi, para orangtua harus waspada karena remaja putrinya bisa terjangkit virus lesbian.

Berbeda dengan negara Islam yang berpedoman pada hukum dan syariat Islam, sehingga begitu terjadi perilaku lesbianisme, tentu langsung ditindak sesuai hukum Islam. Sedangkan di Indonesia, yang masih berpedoman pada hak kebebasan untuk hidup, walaupun tetap berpijak pada norma dan aturan, tetapi belum ada peraturan khusus yang membahas masalah fenomena perilaku seks menyimpang, sehingga komunitas ini justru berkembang dengan bebas.

"Butuh pembinaan secara moral terhadap perilaku lesbi tersebut, baik dari lingkungan, keluarga, maupun dari dirinya sendiri. Yang dapat kami lakukan hanya mengadakan pendekatan secara moral dan religi saja, selanjutnya kembali ke individu masing-masing. Sebab, masalah ini tidak mudah, butuh pengkajian dan penelitian baik secara psikologis maupun dari sisi kesehatan yang dapat menjelaskan lebih mendetail," kata Amirsyah.

Ia mengusulkan agar pengkajian tersebut dimulai dari mahasiswa untuk turut membantu memecahkan fenomena ini. Sebab, mahasiswa dipandang dapat melakukan pendekatan yang jauh lebih intensif dengan para pelaku lesbianisme dibanding pemerintah. Karena itu, dibutuhkan kerja sama yang konsisten dengan berbagai pihak terkait untuk menekan perkembangan komunitas penyuka sesama jenis ini, tidak hanya lesbi, tetapi juga seks menyimpang. (Charisma/Yon Parjiyono)

4 komentar:

  1. Negara paham demokrasi lebih mending dan lebih baik dari negara paham komunis.
    negara paham komunis lebih banyak dan menganggap seks menyimpang sebagai hal yang biasa dan siapapun dapat mencobanya, hehehe..
    kebanyakan pelaku seks menyimpang pada negara paham demokasi mencontoh pada pelaku seks menyimpang pada negara paham komunis. :D
    #Just given an opinion. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? Menurut lu russia (negara eks commie) sama korea utara menganggap biasa?

      Hapus
    2. Oh ya? Menurut lu russia (negara eks commie) sama korea utara menganggap biasa?

      Hapus
  2. Bercermin pada diri sndiri ajaa .. Dosa juga ditanggung masing2 :)

    BalasHapus